Manusia Pasar

Banyak hal yang telah terjadi dalam kurun waktu belakangan ini. Sesungguhnya hal ini menjadi pergulatan pikiran. Proses yang ada bak mimpi, sesuatu yang tak pernah terpikirkan. Perjalanan ini menjadi bagian cerita kehidupan yang entah akan seperti apa berakhir.
Segalanya memang perlu dipertimbangkan, dipikirkan, diyakini karena pilihan yang harus diputuskan. Keputusan yang akan menjadi sejarah dalam mengarungi kehidupan. Kehidupan akan kebahagiaan, kebersahajaan, ataukah kehidupan yang menancapkan kegelisahan hidup.
Sebenarnya, ada hal yang harus terjawab dalam proses ini, yaitu mendefinisikan Kebahagiaan?
Definisi inilah yang kemudian menjadi pedoman dalam pertarungan ditengah arus dan pusaran pragmatisme kehidupan.
Dunia hari ini adalah dunia kapitalistis dengan pola konsumtif masyarakat dan mendewakan materialisme.
Memang benar, hidup serba dengan kebutuhan. Kebutuhan untuk bertahan, bertahan atas segalanya. Ini menjadikan manusia menjadi kerdil, hanya diukur berdasar pemenuhan konsumsi belaka. Ia menjadi manusia 'pasar'.

......

Ia hadir menjelajahi kesendirianku
Melintasi malam menyambut senja
Ia menuntun jiwa ini
Menelusuri isi hati membawa keindahan
Kebahagian itu meresapi nurani
Entah dari mana ia datang...
Tak dapat dimengerti tapi ia telah hadir menyemai Cinta
Menerobos hati, meyakinkan untuk bersama.

Dari Belakang

Mereka bermain dibelakangku. Menyakitkan memang,,, Tapi bagaimanapun itu merupakan hak mereka walaupun sesungguhnya tak lagi bersandar pada etika dan moral.


Persoalannya sederhana, hanya masalah mentalitas...


Ketika aku berkunjung ke Kab. I dan berjumpa dengan kawan-kawan disana, aku berbincang dengan seorang kawan yang mengabarkan bahwa ia dan beberapa temanku terlibat dalam kerangka agenda politik jangka pendek. Bagiku, apa yang mereka lakukan sungguh berbahaya untuk strategi perjuangan kami. Betapa menyesakkan ketika mendengar kabar tersebut dari orang lain, sementara mereka tak pernah bercerita kepadaku. Padahal mereka sering berdiskusi denganku...


Informasi yang kudapatkan sangat berarti. Kini aku harus mensterilkan beberapa orang di dekatku. Hanya orang-orang yang terujilah yang dapat kuajak sharing mengenai strattak dan dinamika kontemporer.


Namun aku tak akan meniadakan mereka dalam proses ini, memanfaatkan mereka untuk dikemudian hari mungkin akan lebih berguna.


Jika momentumnya tiba, mereka sebagai kekuatan akan aku gunakan sebagaimana situasi dan kondisi menghendakinya. Dan mereka tetap dalam barisan kekuatan taktis.


Ternyata proses alamiah benar-benar menunjukkan dan membuktikan bahwa siapa yang sesungguhnya memiliki kesungguhan, komitmen, loyalitas [ideologi] dan konsistensi dalam berjuang. Mereka atau kita,,,,

Hari Kasih Sayang

Kaum muda kita begitu lekat dengan tanggal 14 Februari. Hari dimana anak-anak muda merayakannya sebagai Hari KAsih Sayang.

Momentum hari kasih sayang hanya sebatas dimaknai sebagai 'kesempatan' dalam mengaktualisasikan atau mengapresiasikan Cinta dalam arti sempit yakni Asmara.

Telah luput dari pandangan mata dan hati nurani tentang kemanusiaan. Kasih sayang dimaknai sebatas private, pribadi antar pribadi, dan menjadi individualistis. Jika demikian, pertanyaannya sudah jauhkan anak muda kita dari solidaritas sosial - solidaritas kemanusiaan??

Masalah-masalah sosial yang berdampak pada kemiskinan, kemelaratan, benturan antar masyarakat, dan konflik lainnya tidak lagi menjadi bagian persoalan kaum muda, mudah-mudahan pernyataan ini salah.

Dalam keseharian kita dapat dengan mudah melihat pola tingkah kaum muda yang terjebak dalam hedonisme. Hura-hura sudah menjadi gaya hidup. Padahal disekitar kita banyak saudara kita yang memerlukan kasih sayang.

Kasih sayang yang kita berikan tak semata-mata hanya dalam bentuk materi (uang), namun manakala kita memperjuangkan keadilan dan kemakmuran bagi mereka melalui perjuangan rakyat menggugat pemerintah untuk memberikan (mengembalikan) hak-hak mereka (rakyat) adalah salah satu bentuk kasih sayang.

Lalu masihkah kita akan terjebak dalam memaknai Kasih Sayang dalam arti sempit?

Jika kita menolak kasih sayang hanya sebatas arti sempit, maka saatnya kita memperbaharui mentalitas kita, mentalitas kemanusiaan. Semoga...

Rindu

Entah kenapa akhir-akhir ini aku merasaka rindu yang amat sangat dengan seseorang yang selama ini menemani dan memberikan 'keindahan'. Ia yang sebelumnya tak pernah terpikirkan untuk menjadi istimewa dalam hidup ini.

Keindahannya menutupi segala ruang yang selama ini pernah kusinggahi. Mungkin saja ini merupakan jalan menuju kabahagiaan.

Banyak hal yang kudapat darinya. Mulai dari hal sepele namun membuat aku berkontemplasi dan hal lain yang merubah aku untuk 'menjadi'.

Untuknya yang selalu menemani, mambangunkan aku dari 'lelah' telah menjadi bagian dalam perjalanan hidup ini.

Semoga harapan dan angan yang selama ini menari-nari dibenak akan menjadi kenyataan hidup... Amien...

Hentikan Saja

Memang sulit membuang jauh pikiran tentang sesuatu yg kita gandrungi. Ia bersemayam dalam hati, membisikkan nurani. Berat rasanya utk melepaskan kegandrungan ini, namun demi kebaikan kegandrungan itu harus ditinggalkan.
Melepaskannya pergi memang membutuhkan kesiapan mental, siap atas kehilangan sesuatu yg menjadi spirit hidup. Kerelaan adalah kunci menyelami kehidupan ini. Ikhlas atas kehilangan kegandrungan dan selalu brharap (doa) atas kebaikan.
Semoga permohonan ini dapat dipahaminya. Menjadikan catatan hidup penuh arti.
Dan... Bersedia utk pergi, terlepas atau ditinggalkan demi kebaikan.
Atas nama kebahagiaan biarkan saja langkah ini mengayun jauh tak usah ikuti atau mengejar, biarkan saja..
Lupakan saja.. Kehidupan baru telah menanti..

Hentikan Saja

Memang sulit membuang jauh pikiran tentang sesuatu yg kita gandrungi. Ia bersemayam dalam hati, membisikkan nurani. Berat rasanya utk melepaskan kegandrungan ini, namun demi kebaikan kegandrungan itu harus ditinggalkan.
Melepaskannya pergi memang membutuhkan kesiapan mental, siap atas kehilangan sesuatu yg menjadi spirit hidup. Kerelaan adalah kunci menyelami kehidupan ini. Ikhlas atas kehilangan kegandrungan dan selalu brharap (doa) atas kebaikan.
Semoga permohonan ini dapat dipahaminya. Menjadikan catatan hidup penuh arti.
Dan... Bersedia utk pergi, terlepas atau ditinggalkan demi kebaikan.
Atas nama kebahagiaan biarkan saja langkah ini mengayun jauh tak usah ikuti atau mengejar, biarkan saja..
Lupakan saja.. Kehidupan baru telah menanti..

Ekstra...

Kemarin siang seorang kawanku menelpon, mengabarkan bahwa hari ini, tepat malam nanti akan diadakan pertemuan menyangkut pelaksanaan kedaulatan rakyat. Agendanya adalah konsolidasi Internal, ia diundang untuk hadir. Namun ia memprediksikan bahwa pertemuan malam nanti akan mem-faith a compli undangan yang hadir. Maksudnya adalah setiap undangan yang hadir akandiarahkan untuk  bersepakat mematuhi segala hal yang menyangkut aturan main di graas root. Aturan ini bagi kawanku merupakan aturan yang akan mempersempit ruang gerak Tim di lapangan.

Karena demikian adanya, kawanku pun akan melakukan tindakan insubordinasi!!! Tentunya ia telah bersiap diri atas resiko yang akan diterima.

itulah konsekuensinya....

Malam nanti aku dan teman yang selama ini melakukan penetrasi ke Internal akan 'menerobos' pertemuan malam nanti, walaupun sebagai 'tamu tak diundang'. Ini perlu dilakukan karena kami harus mendapatkan informasi seaktual dan sesahih mungkin sebagai bahan untuk melakukan analisa perkembangan dan strategi taktik nanti.

Infiltrasi ini telah diketahui oleh beberapa kalangan di Internal, sebagai contoh pada pertemuan minggu lalu. Gerakan penggalangan yang dilakukan oleh aku dan beberapa temanku terendus oleh Internal!!! Sedikit berantakan agendanya, namun berkat siasat akhirnya kami bisa mencapai targer dan tujuan pertemuan malam itu.

Dan kini.. Konsolidasi ini terus berjalan, mudah-mudahan akan semakin masif dan progresif..

Sepenglihatan aku dilapangan  beberapa orang yang berhasil kami rekrut memiliki militansi dan loyalitas yang cukup lumayan.

Resiko ini memang 'mengerikan', kenapa? kegiatan yang sedang berjalan ini mungkin akan memberikan dampak pada beberapa orang Internal yang selama ini ikut ke dalam kelompok kami. Mungkin mereka akan menjadi korban 'kebijakan' Internal. Aku salut terhadap mereka, salut akan komitmen dan konsistensinya.

Perjalanan ini belum selesai... Masih ada hambatan, rintangan bahkan mungkin ancaman yang akan melintas dihadapan proses yang sedang berjalan ini.

Ya... Harus ekstra hati-hati.. Dan harus berbicara dari hati ke hati tanpa  harus hati-hati...

ABS..

Pernyataan SBY tentang dugaan keterlibatan perwira TNI-Polri dalam politik praktis menunjukkan keresahan Sang Presiden akan netralitas lembaga pertahanan dan keamanan negara pada Pemilu 2009.

Takut Aja Sih...

Ketakutan yang pernah terjadi, menjadi catatan dalam hidup ini... Sering kali ketakutan itu menghampiri dan sering kali pula keinginan untuk melepaskannya adalah sebuah pilihan bijak.

Seharusnya ia menuruti saja kehendakku, karena aku yakin ini merupakan pilihan terbaik bagi dirinya...

Semoga ia memahami dan meluluskan keinginan ini... Keinginan untuk membuatnya lebih baik... Keinginan untuk membuatnya hidup dalam kebersahajaan... Bukankah ini merupakan niat baik?

Dulu Ya Dulu...

Mereka yang dulu pernah menyentuh perjalanan ini, pernah mencoba mengikuti jejak ini. Kini menghampiri dan mungkin mereka mencoba untuk kembali merasakan penyesalan. Lha... kenapa untuk kembali merasakan penyesalan? Lha,... iya... Karena mereka dulu menyesal atas apa yang dialami. Sesuatu yang tak pernah terpikirkan, sesuatu yang ada tapi tak ada, sesuatu yang membuatnya merasa tak berarti.

Lalu... Apakah definisi 'berarti' itu? Apakah harus didefinisikan  dengan :

  1. Harus senantiasa ada?

  2. Tidak membuat khawatir?

  3. Mengamini apa yang menjadi kehendaknya?


Tak perlu dituntaskan tentang definisi 'berarti', hanya akan menjadi polemik yang tak berkesudahan.

Ya,,, Paling tidak apa yang pernah terjadi atau akan terjadi harus dijawab dan dipikirkan dengan kalimat "jangan pernah mencoba kembali" atau 'jangan pernah mencoba'.

Kita memiliki cara hidup yang berbeda, cara memaknai kehidupan ini pun berbeda... Maka pikirkan saja kembali atau jangan pernah terpikirkan segalanya tentang diri ini.

Rela Saja... Lah!!!

Rasionalisasi di perlukan dalam kerangka menemukan objektifitas, sehingga tidak disimpulkan atau diputuskan hanya emosi an-sich.

Jika objektifitas itu telah diyakini maka tak ada yang dapat menegasikanna karena ia merupakan kebenaran, bukan lagi pembenaran. Pembenaran menjadi suatu keputusan karena ia didasari oleh subjektifitas.

Objektifitas tentunya juga dilalui oleh empirisme. Apa yang telah ada atau berlangsung merupakan proses panjang menuju kebenaran.

Apakah kemudian, dalam kehidupan sehari-hari, kita juga memerlukan cara diatas tadi? Jawabannya adalah Ya!!

Seperti halnya ketika mengenal seseorang, tidak hanya sebatas begitu saja mengenalnya.

Ini hanya sekedar catatan pembuka saja...

Tak semua orang dapat memahami dan mengerti tentang cara hidup dan gaya hidup dari masing-masing kita. Untuk memahami cara hidup dan gaya hidup itu tak hanya didasari atas apa yang terlihat, namun banyak hal yang tak terlihat mungkin akan menjadi penghalang, hambatan, rintangan atau bahkan mungkin akan menjadi ancaman.

Karenanya, dalam proses ini perlu setidaknya akal sehat menjadi faktor dalam menentukan pilihan dan keputusan.

Cara hidup kita tak mungkin bisa disamakan atau berharap agar mereka dapat beradaptasi dengan kita, justru lebih banyak diri kita yang beradaptasi dengan mereka yang lain.

Apalagi apa yang biasa kita lakukan bagi sebagian orang awam adalah sesuatu yang tak biasa, tak lazim. Menjadi tak biasa dan tak lazim karena mereka tak pernah ada dan tak pernah terlibat bahkan tak peduli dengan dinamika yang kita geluti. Mereka menjadi bagian dari kolektivitas, dan tanpa disadari mereka, sebenarnya kita justru ada dalam dinamika mereka.

Pokok persoalannya adalah kita jangan memaksakan diri jika mereka tidak pernah terlibat dalam dinamika kita lalu kita 'menjerumuskan'nya dalam kehidupan ini. Mereka adalah orang-orang yang hanya akan menjadi 'korban' dari kita. Korban ketidakbahagiaan, korban ketidaknyamanan, korban ketidaktentraman.

Jadi, keikhlasan/kerelaan adalah kunci bagi kita semua untuk bisa memberikan kesempatan pada mereka untuk memilih, memberikan kesempatan kepada mereka yang telah memilih untuk mengevaluasi kembali dan membuat keputusan. Hal ini bukan berarti sikap arogan atau egois, tapi ini perlu dilakukan. Hal yang paling menyakitkan adalah manakala kita mendapati penyesalan mereka adalah efek dari apa yang ada pada diri kita, apa yang kita kerjakan, apa yang menjadi pilihan kita.

Untuk mereka yang pernah ada, adalah mereka yang menginspirasi dan memotivasi serta memberikan koreksi untuk bersikap bijak. Mereka adalah guru perjalanan hidup ini. Mereka adalah bagian dari sejarah yang selalu memaknai hidup.

Terima kasih, karena mereka, diri ini harus kembali memperhatikan apa yang berbeda. Dan karena mereka pilihan itu harus ada... Ada untuk mereka yang mengerti dan memahami realias tidak hanya dilandasi oleh aspek emosional semata.

UNTUK DIA

Semestinya ini menjadi kenyataan dan memang harus menjadi kenyataan, ini merupakan ekspektasi bagiku untuk dapat menikmati hidup bersama dengan seorang perempuan selama ini telah menemaniku dan memberi kenyamanan. Kenyamanan yang ternyata tak mesti melihat sisi fisik semata. Mereka yang selama  ini memiliki keindahan fisik hanya sebatas casing yang menarik dari aspek tampilan semata. Namun pada hakikatnya jiwa adalah sesuatu yang menerangi dan memberi arah dalam menemani batin yang selama ini mencari. ia akan menjadi nyaman, tentram, dan... Itu merupakan bentuk kebahagiaan.

Tuhan... Jika takdir untuk bersama dengan dirinya telah tergariskan... Aku bersyukur atas anugerah-Mu...

Namun doa akan terus kupanjatkan, semoga ia akan menjadi teman hidupku, menemani perjalanan hidup ini, dan selalu bersedia ada disampingku.. kelak ia yang akan memberi keturunan bagi generasi-generasiku, generasi kita... Kelak ia akan menjadi seorang yang sholehah, amin, seorang yang setia dalam pasang surut kehidupan,,,,, amin....