Pergilah.. Jika kau mau...

Perasaan gak enak banget.. Kadang terbersit untuk meninggalkannya, membuatnya untuk merasa tak nyaman lalu pergi meninggalkanku, tetapi kadang juga aku merasakan amat merindukannya, ingin kehadirannya.
Semua terserah padanya.. Aku hanya mencoba untuk membuka mata, hati, dan pikirannya bahwa aku (mungkin) bukanlah seseorang yang tepat untuk mendampinginya. Jujur, aku merasa bersalah telah jatuh cinta padanya dan membuatnya jatuh cinta dan membuatnya sulit utk melupakan segala yang pernah ada.
Tak mungkin rasanya membawa ia untuk hidup bersamaku. Banyak jalan berliku!!! Dan semua itu tak cuma membutuhkan Cinta belaka. Tuhan, sadarkanlah ia, bukalah pikirannya,,, aku rela jika ia tak lagi menjadi milikku. Tuhan, bimbinglah ia dalam jalanMu, jagalah ia, lindungilah ia, limpahkanlah rahmatMu padanya, bahagiakanlah ia...
Aku akan selalu mengenangnya, karena mengenalnya maka aku mengenalMu.. Ia adalah seseorang yang telah menunjukkan keberadaanMu, membimbing aku dijalanMu..
Tuhanku... Aku mencintainya..

Doa

Ya Allah kenapa ketakutan ini sering kali muncul tiba-tiba dan menenggelamkan segala-galanya.
Ya Allah lindungilah hambaMu ini, limpahkanlah hambaMu ini rahmat dan rezeki.. Mudahkan dan lancarkan jalan usaha hamba, jauhkanlah hamba dari segala kesusahan, kesulitan, dan masalah hidup ini. Amin....

Semangat

Hanya semangat dan harapan yang masih tersisa dan berusaha adalah satu-satunya cara untuk tetap bertahan.
Kehidupan membawa kita untuk merenungkan hakikat akan hidup. Mengapa mereka bisa?
Ya Allah Ya Rabb, aku disini bersujud kepadaMu.. Kabulkan doa hambaMu ini.. Tetapkanlah Iman dan Islamku..

Jangan Tunggu Aku Kembali

Mungkin aku harus pergi dengan melepaskan segalanya dan melupakan yang ada.
Jika memang saatnya telah tiba dan telah ditentukan aku pasti ada.
Tapi jangan tunggu aku kembali.

Pasti Ada

Kebahagiaan itu ada. Pasti ada.. Jika bukan bersama diri ini mungkin bersama yang lain kebahagiaan itu menjelma.
Percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Cobalah perlahan untuk melepaskan jerat yang telah membelenggumu dan rasakan bahwa tanpaku kau bisa..

Menyakitkan

Sungguh, sedih dan mengecewakan menyaksikan beberapa teman yang selama ini bertahan digaris idealisme dengan mudahnya bergeser pada pragmatisme.
Menyakitkan!!! Hanya karena demi memenuhi kebutuhan hidup, suara lantang kalian yang dulu selalu dilontarkan dalam setiap gerak dan dialektika telah terkubur bersama mimpi-mimpi materialisme.
Bertahan dalam sikap dan mentalitas memang memerlukan ketahanan terhadap budaya konsumerisme yang melanda warga negeri ini.
Benar, hanya waktu yang akan menseleksi manusia untuk menentukan pilihan dan ini merupakan proses alamiah. Garis demarkasi harus direntangkan!! Idealisme vis a vis pragmatisme.
Aku akan tetap bertahan menjaga apa yang semestinya harus ku jaga. Aku sudah memilih, aku memilih untuk menjadi idealis. Tuhan, bimbing aku untuk tetap menjaga dan bertahan terhadap prinsip dan nilai yang telah kuyakini.

Fuck You

Siapa?
Aku bukan untuk diperintah!! Aku manusia biasa sama seperti yang lain tapi aku memiliki harga diri.
Siapa kau? Seenaknya mengatur layaknya sang raja saja.
Betul bahwa terhadap sesama kita harus saling menolong, tapi bukan berarti dengan cara menodong. Janganlah sesekali memberikan harapan pada seseorang untuk berharap kepada orang lain.
Ingatlah pula bahwa semua manusia memiliki keterbatasan. Janganlah pula menebarkan jala janji manis.
Dan juga,,, tak perlu mendramatisir suasana...
Lalu dengan seenaknya kau berjalan.

Ya Allah

Ya Allah.. Telah Engkau perkenankan aku mengenal ciptaanMu
Ya Allah.. Atas kuasaMu mempertemukan aku dan dia yang indah
Ya Allah.. Karena kasihMu mengikat kami dalam ketulusan
Ya Allah.. Atas kehendakMu telah kau kirimkan seseorang yang menuntun dan menunjukkan jalanMu
Ya Allah.. Lindungilah ia, jagalah ia, limpahkanlah rahmatMu padanya
Ya Allah.. Terima kasih telah kau berikan padaku cantik ciptaanMu yang telah menenangkan bathin ini, menenentramkan jiwa ini
Ya Allah.. Tuntunlah dan tunjukkan kami kepada jalanMu menuju ridhoMu
Ya Allah.. Limpahkanlah rahmat dan hidayahMu kepada kami berdua
Ya Allah.. Limpahkanlah rizki dan kebahagiaan kepada kami
Ya Allah.. Aku bersujud padaMu
Ya Allah.. Hanya kepadamu aku memohon
Ya Allah.. Kabulkanlah permohonan hambaMu ini, amin.

Kepada Mereka

Bukankah kita sedang sama-sama belajar? Belajar tentang hidup, melatih semangat, memantapkan idealisme, mencari sosok yang dapat menginspirasi, semuanya adalah belajar memaknai hidup. Dari sinilah kita mendapatkan ilmu yang wajib kita amalkan dan berproses menuju kebaikan.
Yakinilah segala yang menjadi prinsip sebagai pedoman dalam bersikap, berpandangan, berperilaku menjadi ketetapan mentalitas.
Berterima kasihlah kepada jaman, kepada sejarah, kepada waktu, kepada mereka yang ada sebelum kita ada, kepada mereka yang telah memberikan inspirasi. Empirisme adalah bekal pada masa mendatang.
Dan, kepada mereka yang telah menjadikan kebebasan, keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, dan demokrasi sebagai prinsip perjuangan namun tak menikmatinya dalam masa muda.
...Berbahagialah wahai mereka yang mati muda.

Bebas...

"Tak ada keinginan untuk membelenggunya dari segala apa pun."
Kebebasan adalah prinsip dalam segala aspek kehidupan karena kebebasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kemanusiaan.
Jangan paksakan siapapun untuk mengikuti kehendak yang absolut. Kebebasan adalah milik siapapun dalam batasan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Berikanlah kebebasan agar orang-orang bisa merasa terikat atau tak terikat. Biarkanlah orang-orang menentukan keputusan akan kebebasannya.

Solidaritas?

Solidaritas sepertinya hanya menjadi slogan dan jargon semata. Tak ada lagi rasa saling bahu membahu, menolong satu sama lain, bersimpati kepada mereka yang tak beruntung.
Nilai-nilai luhur yang menjadi prinsip hidup hanya ada dalam lembaran kertas dan diskursus, melayang diawang awang. Kata-kata selalu indah didengar, pamflet-makalah-selebaran sangat memikat pemikiran namun tidak dalam pelaksanaannya. Hal demikian menjadi tanda tanya dalam pergaulan hidup dan perjuangan kemanusiaan.
Jika sampai pada waktunya, terbongkarlah segala lipservice yang selama ini berlangsung. Tak peduli siapa orang seorang tersebut.

Tak Mengiba

Sesungguhnya mereka mengerti tentang kondisi yang terjadi padaku. Tapi seolah tak mau tahu. Bukan berarti untuk mengiba, setidaknya ada hak yang semestinya diberikan padaku. Dan, bukan berarti pula bahwa aku harus mati-matian merebut hak tersebut.
Sulit mensiasati keadaan saat ini!!
Sudahlah biarkan ini menjadi secarik catatan yang akan memberikan pelajaran untuk melatih kesabaran dan kebesaran jiwa.
Ya Allah kuatkan hambaMu dalam menjalani beban hidup ini dan jauhkan hamba dari segala sikap, perilaku, dan tindakan yang tak mendapat ridhoMu. Amin.
(ruang samping, 06 Agustus 2009, 19.30)

Tunggu Aku

Ingin rasanya secepat mungkin memberinya kebahagian. Ya, kebahagiaan untuknya. Aku tahu ia sudah merasa bahagia tapi aku pun tahu ia akan lebih merasakan kebahagian itu menyelimutinya manakala segala yang telah terjalin selama ini mewujud dalam ikatan 'resmi'.
Aku mohon padamu, tunggu aku!! Berikan aku waktu dan kesempatan untuk mempersiapkan masa depan kita. Sayangku.. Aku minta padamu untuk bersabar.
Mengertikah engkau wahai sayangku... Aku pun takut akan kehilangan cintamu.
Kita punya mimpi yang sama, kita punya kesabaran yang sama, kita punya jawaban untuk cinta kita.

Cinta Padamu

Setelah 1 malam yang lalu tanpanya, kini Cinta hadir menemani kerinduanku yang teramat dalam.
Belahan jiwaku yang selalu membisikkan ketenangan bagi jiwa ini, tanpa lelah.
Tahu kah kau wahai kekasih hatiku bahwa aku selalu merindukanmu? Menginginkanmu hanya untuk jadi milikku?
Tahu kah kau wahai pujaanku, aku cinta padamu.

Aku Harus Kembali

Pasang surut kehidupan membawa hikmah dalam proses kehidupan. Perputaran dari tiada menjadi ada dan dari ada menjadi tiada merupakan garis kehidupan yang telah, sedang, dan akan (mungkin) menerpa setiap manusia. Hanya kerelaanlah yang memberikan ketenangan (walaupun diiringi kegundahan) bagi jiwa.
Kini segala yang ada telah berlalu, hanya ketabahan yang akan memacu semangat dan optimisme menghadapi situasi dan kondisi yang ada, tentunya dengan berserah diri dalam menjalani segala tantangan dan hambatan yang akan berlangsung.
Izinkanlah untuk kembali dijalan-Mu...

Asosial

Banyak hal yang mesti dilakukan. Untuk diri sendiri, ia, keluarga, dan masyarakat.
Harus sedapat mungkin membagi waktu, tenaga, dan/atau (mungkin) biaya untuk semuanya tadi. Beberapa orang beranggapan bahwa sebelum diri sendiri mencapai puncak maka tak perlu mengurusi kepentingan orang lain. Anggapan demikian bagiku adalah sikap individualistis, pikiran a-sosial. Mereka lupa bahwa manusia adalah mahkluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan manusia lain, zoon politicon kata Aristoteles. Kita hidup dalam realita, ada penindasan dan penghisapan, terjadi pencerabutan hak rakyat. Lalu jika posisi diri kita belum 'aman' apakah kita harus menafikan orang-orang disekitar kita? Menutup mata bahwa diri kita dan di sekitar kita sedang tak 'aman'. Jika ya, berdosalah manusia yg demikian.
Walaupun diri kita tak seberuntung mereka dari kalangan 'the have' tapi kita memiliki 'harta' sebuah harga diri. Kalaupun suatu saat nanti diri kita 'beruntung' bukanlah hasil dari upaya-upaya menghianati rakyat, menjilat pantat penguasa, atau berkolaborasi dengan sistem kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau golongan.
'Berbahagialah' mereka yang turut berkorban demi kepentingan rakyat banyak. Duniamu tak seindah permata tapi jejak hidupmu melampaui kilauan permata dan pikiranmu ada sepanjang jaman.