Sakit...

Sejak Sabtu dinihari yang lalu, badan terasa nyeri, ngilu pada persendian, tenggorokan gatal, bersin-bersin. Wah, ini gejala batuk dan flu dibarengi panas dingin.
Sampai malam ini pun, batuk dan flu belum pulih juga, padahal besok pagi harus mempersiapkan segala hal untuk pertemuan hari Minggu yang akan datang.
Dalam kondisi kesehatan menurun/sakit, seorang berkerudung nan jauh disana menghampiri, menemani, mendoakan jiwa raga ini. Dengan ikhlas, walau melalui perantara, ia 'merawat'ku dengan penuh cinta, memotivasi kesembuhan ini. Tuhan, lindungilah ia. Berikanlah curahan anugerahmu untuknya, bahagiakanlah ia, selamatkanlah ia dalam kehidupan dunia dan akhirat, amien. Karena ia adalah bagian cahaya hidupku, karena ia adalah cintaku.

Sakit Euy

Badan rasanya lemes banget.. Pegel, nyeri, meriang..
Ini pasti gara-gara radang tenggorokan. Rasanya gatal banget, padahal semalam udah minum obat batuk..
Sekarang, tiba-tiba aja jadi kangen ama seseorang berjilbab hitam. Seandainya saja...

Ahhh..

Ahh.. Semuanya oportunis!! Pragmatis yang lebih bersifat taktis bukan strategis.
Apa yang bisa diharapkan dengan mereka? Ga ada yang bisa diharapkan, perubahan adalah mimpi.
Ahh.. Makin kacau saja keadaannya. Berharap ketidaktertiban ini tidak kearah siklus kekuasaan yang mengancam kerakyatan.

Mereka...

Angkuh sekali mereka sekarang ini. Padahal, tanpa bermaksud mengungkit, mereka adalah orang yang sebelumnya hidup dari uluran tangan ini.
Tak perlu risau, tak perlu marah, tak perlu sumpah serapah. Setidaknya sifat, mentalitas, dan karakter mereka menjadi catatan jejak rekam. Kekesalan ini biarkan tersimpan dalam hati. Mereka adalah orang-orang yang terlepas dari akarnya dan mereka tak perlu membuat kita menjadi benci atau dendam padanya.
Seperti syair yang terdengar sayup dari MP3 disampingku
"Keinginan adalah sumber penderitaan
Tempatnya didalam pikiran.
Tujuan bukan utama
Yang utama adalah prosesnya".
Lalu aku teringat akan syair yang bertutur:
"Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut
Walau hati panas bahkan terbakar sekalipun
Keluh kesah ini mungkin berguna...
Bisa jadi kita bosan, karena keadaan
Badai datang tak bosan-bosan
Percayalah kawan!!
Perjuangan masih panjang".

Pusing..

Ada saja hal yang membuat segalanya menjadi beban persoalan. Datang silih berganti masalah menghinggapi akhir-akhir ini.
Sepertinya telah berkonspirasi padahal sebenarnya parsial. Kenapa mereka membuat masalah? Mereka tak salah, seandainya saja tak mengenal mereka mungkin ini tak akan terjadi, tapi manusia adalah makhluk sosial.
Masalah selalu hadir selama manusia berdinamika. "ketika aku berpikir berarti aku ada" demikian menurut Descrates.

Pada Suatu Ketika

Entah kenapa.. Ketika aku 'menemukan'nya terasa di dalam diri ini rasa yang begitu berbeda. Ia telah membuatku menjadi nyaman.
Hadirnya ketika itu, melepaskan segala problema yang berkecambuk di diri ini. Laksana obat, ia telah meredakan nyeri akan realita.
Bagiku ia cukup menggoda dan telah menerabas dinding hati lalu perlahan kubiarkan ia bersemayam memberi kehangatan. Sejenak kuberpikir 'Apakah ia pun merasakan apa yang kurasa?' Ahh.. Ternyata aku memikirkan hal yang irasionil!! Tak mungkin rasanya jika ia menjadi apa yang kupikirkan.
Setidaknya cukup kehadiran suaranya mampu membaluri jiwa ini, tak lebih. Ia adalah bidadari tanpa anatomi!!
Pada suatu ketika dengan bersandiwaralah yang telah melekatkan jiwa-jiwa ini.
Tak terasa.. Ia benar-benar telah meracuni hati ini dengan taburan cinta. Hingga pada akhirnya reaksi 'memaksa' untuk saling mengikatkan hati. Pun ia masih menjadi bidadari tanpa anatomi.
Perjalanan waktu perlahan menuntun menatap bagian demi bagian anatomi sang bidadari. Ia nyata adanya!!
Biarlah perjalanan waktu terus bergerak dan biarkan aku untuk menjaga dan menyemaikan benih kerinduan..
Ia adalah bidadari berbalut kain hitam dikepala diseberang lautan.

Tanpaku Kau 'Ada'

Aku tahu bahwa segala yang ada sangat membebani. Tak perlu untuk bertahan jika itu justru menyiksa. Keinginan hanya memperbudak perasaan. Percayalah jika memang saatnya telah tiba, harapan itu menjelma dalam kepastian.
Biarkan kepak sayap hatimu membawa ruang rindumu menjelajah langit dan menatap keindahan, menemukan harapan. Sejenak saja lupakan aku.. Agar engkau memainkan kesadaran. Lalu tinggalkan saja diri ini karena itu justru akan melayangkan jiwamu pada kebahagian.
Jangan ragu, karena diri ini telah sadar untuk menyaksikan engkau terharu bahagia bersama dengannya. Dan, bulir air mata akan menjadi aliran keyakinan akan hidup.

Untuknya..

Apakah benar ia akan menjaga komitmen? Apakah sadar tentang kata yang baru saja diucapkan? Apakah janji dan rangkaian kata itu tersimpan untuk nanti sebagai bukti?
Tanya tadi sebagai bentuk kegalauan. Dunia hari ini terlalu banyak diisi oleh hipokrisi, berjalan tanpa nalar mereduksi kebenaran.
Hari ini atau esok adalah dinamika yang pasti bergerak. Pun seperti yang terucap dari bibirnya, sebaris kata merangkai ikrar untuk bersama. Sebaris kata nan indah membuai asa cenderung emosional, spontan, parsial. Ia tidak menjadi utuh. Karena tanpa didasari oleh akal sehat, penjajakan, mengukur kekuatan dan kelemahan, maka konsistensi memudar.
Anggap saja apa yang sedang berlangsung hari ini adalah sikap dan pernyataan yang emosional. Dimungkinkan suatu saat nanti ia akan merevisi apa yang terujar, mencari pembenaran. Tak perlu untuk terlalu serius karena justru akan menambah beban.
Seperti syair lagu:
"Ini cuma kehidupan. Ini cuma permainan. Tetap harus dijalankan, dimainkan.
Masih ada banyak cara mencari petik harapan. Masih ada banyak cara wujudkan satu impian. Masih ada banyak peran yang mesti kita mainkan..".
Proses berjalannya waktu akan memaksa untuk menterjemahkan diri kita. Proses ini alamiah, menguji segala yang ada dengan mencerabut satu persatu helaian dusta.
Sebelum segalanya menjadi kokoh, pikirkan lalu kita rasakan. Sebelum tersakiti atau menyakiti, pulanglah!! Mungkin seseorang menanti disana. Mungkin itu lebih baik.
Karena itu adalah keindahan.

Relakan saja

Padahal seringkali ku sampaikan padanya untuk segera menepis segala bayangan dan mimpi yang entah kapan akan menghampiri. Sudah sering juga kubisikkan ditelinganya untuk menghapus kisah dan melepaskan peran yang selama ini dimainkan.
Terlalu menyakitkan jika ini dihentikan. Dan..
Terlalu menyakitkan jika ini diteruskan.
Bukankah kebahagian itu akan menghinggapi mereka yang bersikap ikhlas?! Relakan saja yang telah berjalan selama.. Relakan saja segalanya menjadi kisah romantika hidup.. Kenangan yang (mungkin) indah itu pernah ada... Lalu, biarkan saja segala menjadi otoritas-Nya.
"Tak mungkin untuk membawa seseorang untuk masuk ke dalam belantara, apalagi ia awam tentang rimba, bertemu dan berhadapan serta bergelut dengan alam liar, karena hal itu berarti mengorbankannya".
Kita harus sama-sama memahami. Kita memutuskan dengan akal sehat. Kita bersikap untuk harapan..

Relakan saja

Padahal seringkali ku sampaikan padanya untuk segera menepis segala bayangan dan mimpi yang entah kapan akan menghampiri. Sudah sering juga kubisikkan ditelinganya untuk menghapus kisah dan melepaskan peran yang selama ini dimainkan.
Terlalu menyakitkan jika ini dihentikan. Dan..
Terlalu menyakitkan jika ini diteruskan.
Bukankah kebahagian itu akan menghinggapi mereka yang bersikap ikhlas?! Relakan saja yang telah berjalan selama.. Relakan saja segalanya menjadi kisah romantika hidup.. Kenangan yang (mungkin) indah itu pernah ada... Lalu, biarkan saja segala menjadi otoritas-Nya.
"Tak mungkin untuk membawa seseorang untuk masuk ke dalam belantara, apalagi ia awam tentang rimba, bertemu dan berhadapan serta bergelut dengan alam liar, karena hal itu berarti mengorbankannya".
Kita harus sama-sama memahami. Kita memutuskan dengan akal sehat. Kita bersikap untuk harapan..