Untuknya..

Apakah benar ia akan menjaga komitmen? Apakah sadar tentang kata yang baru saja diucapkan? Apakah janji dan rangkaian kata itu tersimpan untuk nanti sebagai bukti?
Tanya tadi sebagai bentuk kegalauan. Dunia hari ini terlalu banyak diisi oleh hipokrisi, berjalan tanpa nalar mereduksi kebenaran.
Hari ini atau esok adalah dinamika yang pasti bergerak. Pun seperti yang terucap dari bibirnya, sebaris kata merangkai ikrar untuk bersama. Sebaris kata nan indah membuai asa cenderung emosional, spontan, parsial. Ia tidak menjadi utuh. Karena tanpa didasari oleh akal sehat, penjajakan, mengukur kekuatan dan kelemahan, maka konsistensi memudar.
Anggap saja apa yang sedang berlangsung hari ini adalah sikap dan pernyataan yang emosional. Dimungkinkan suatu saat nanti ia akan merevisi apa yang terujar, mencari pembenaran. Tak perlu untuk terlalu serius karena justru akan menambah beban.
Seperti syair lagu:
"Ini cuma kehidupan. Ini cuma permainan. Tetap harus dijalankan, dimainkan.
Masih ada banyak cara mencari petik harapan. Masih ada banyak cara wujudkan satu impian. Masih ada banyak peran yang mesti kita mainkan..".
Proses berjalannya waktu akan memaksa untuk menterjemahkan diri kita. Proses ini alamiah, menguji segala yang ada dengan mencerabut satu persatu helaian dusta.
Sebelum segalanya menjadi kokoh, pikirkan lalu kita rasakan. Sebelum tersakiti atau menyakiti, pulanglah!! Mungkin seseorang menanti disana. Mungkin itu lebih baik.
Karena itu adalah keindahan.

No comments:

Post a Comment