Menjemput Malam

Baru saja selesai melaksanakan ibadah malam.

Tuhanku  berikanlah kemudahan dan kelancaran kepada hambaMu ini dalam menjalani proses kehidupan.

Lindungilah hambaMu dari kesesatan dan marabahaya.

Jauhkanlah hambaMu ini dari segala kesusahan, kesulitan dan hambatan dalam mencapai cita-cita hidup ini.

Tuhanku, bekalilah hambaMu ini dengan kesabaran.

Limpahkanlah rahmat dan hidayahMu kepada hambaMu ini.

Tuhanku, ijinkanlah hambaMu untuk selalu senantiasa berkeluh kesah kepadaMu.

Tuhanku... Kabulkanlah keinginan, permintaan dan doa hambaMu ini

Adzan Shubuh terngiang ditelinga...

Tuhanku aku kembali bersujud kepadaMu...

365....

Cintaku...

Waktu telah menemani hati kita

Ketika hari menjemput kita, pagi menebarkan senyum untuk jiwa yang berjarak

Cintaku...

Waktu telah membimbing hati kita

Malam telah mempertautkan rasa yang tersembunyi diantara embun berjatuhan

Kekasihku...

Waktu telah memohon kita untuk selalu bersama

Saat siang meminta kita untuk saling menyejukkan

Kekasihku...

Waktu telah memaksa kita untuk berikrar dihening malam

Putaran waktu menguji kesetiaan yang terucap

Wahai pujaan hatiku...

2 hari telah terlewati

365 hari terjalani

resah, bahagia, tawa, tangis dan kecewa menemani

hari pun selalu menguji dan mengawasi janji kita kepada hari esok

Istriku...

Semoga kita bisa selalu menjaga cinta, sayang dan kesetiaan

Semoga Tuhan merestui perjalanan ini, Amin.

Istriku...

Aku bahagia bersamamu.

Perlu Kesabaran

Ingin sekali rasanya untuk selalu ada disampingnya, bersama setiap hari.

Saat malam tiba dipenghujung kantuk, ia terakhir yang kulihat.

Saat membuka mata, aku ingin ia yang kulihat.

Harapan itu harus tergapai disela kerumitan dan hambatan yang menghadang keinginan.

Perlu kesabaran untuk meraihnya, menjadikannya bidadari dikamar, menjadikannya ibu bagi anak-anakku kelak, menjadikannya pendamping hingga akhir hayatku.

Kesabaran ini melatih kita untuk bersikap dan bertindak bijak serta berpikir logis.

Apakah kesabaran ini beresiko? Setiap langkah pasti menghadirkan resiko, resiko terburuk sekalipun.

Jika resiko terburuk terjadi, yakni memberikan ruang baginya untuk "bergerak bebas" dalam menjalani hidup, maka aku pun harus menghadapinya dengan kesabaran.

Bukankah menunggu adalah kegiatan yang sangat membuat bosan dan jengkel?

Percayalah, setiap dari kita memiliki garis hidup yang telah ditentukan olehNya.