KADER...

Aku terbangun setelah mendengar suara gaduh teman-teman dari gerakan mahasiswa. Sore itu aku beristirahat di “secretariat” Alumni pergerakan mahasiswa.Beberapa mahasiswa (kurang lebih 10 orang) menghampiriku kedalam kamar, salah satu diantara mereka menjadi juru bicara dan menyampaikan beberapa hal mengenai perkembangan gerakan mahasiswa. Saat itu aku hanya menganggap biasa saja, karena hal ini sudah biasa bagi kami ketika bertemu dengan orang-orang yang se”habitat” untuk membicarakan sekaligus mengup-date situasi dan perkembangan sosial politik.
Semenjak sore tadi, sesak memenuhi ruang dada menghimpit rasa yang hampir memudarkan akal sehat.Meradang hingga menembus batas-batas emosi. Ingin mengapresiasikan dalam gerak dan suara, tapi tertahan. Tak sanggup, hingga saatnya tiba jika itu memang memaksa maka tidak ada jalan lain jika keterpaksaan yang dikehendakinya.Jika saja mereka tak memulainya mungkin ini tak menjadi peristiwa yang melahirkan dua kutub. Ya, dua kutub, aku (dkk) dan mereka yang telah memilih jalan dan orientasi serta sikap masing-masing.Terima kasih kepada mereka yang telah bersikap dan terima kasih kepada mereka yang selama ini pernah mengisi proses perjalanan pergerakan sosial.Ku hormati dan hargai serta sanggat berterima kasih kepada mereka yang masih bertahan untuk memilih menjadi idealis. Tanpa itu, menjadi tanpa makna dan arah.
Sebelumnya, sore tadi jam 4 tepatnya, aku dihubungi via telepon oleh G, seorang dari kelompok minoritas yang memiliki pengaruh lumayan kuat di komunitasnya. Selanjutnya aku bertemu dengan ia dan kelompoknya tepat jam 6 sore.Ternyata mereka meminta aku untuk memberikan analisa mengenai suksesi kepemimpinan ditingkat lokal dan memberikan rekomendasi tentang figur mana yang layak untuk dipilih.Terus terang, aku tak bisa memberikan rekomendasi tentang figur mana yang layak untuk dipilih karena mereka memang tak layak untuk dipilih, aku ungkapkan beberapa parameter yang tak mungkin bisa mereka penuhi.Perubahan tak mungkin terjadi jika mereka yang mengendalikan kekuasaan tak memiliki kehendak politik untuk menata dan memberikan akses pelayanan bagi masyarakat. Jejak rekam merupakan sarana untuk memperbandingkan apa yang telah dilakukan dalam proses dan pembuatan kebijakan public.Harapan akan adanya perubahan hanya bisa apabila didalam kekuasaan itu sendiri cukup tersedia orang-orang democrat, memiliki pemahaman mengenai Negara kesejahteraan, dan berjiwa kerakyatan. Intinya bahwa mereka kandidat kepala daerah ini tak memiliki basis ideology, padahal ideology merupakan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ia menjadi garis besar perjuangan untuk kearah perubahan dan pembaharuan.
Baru saja ia meninggalkan ruang tamu rumahku, datang seorang diri lewat tenggah malam.Sulit baginya untuk mengungkapkan dari mana percakapan ini harus dimulai.Basa-basi tentunya, ketika mencoba membuka percakapan dengan wacana situasi dan kondisi mengenai dinamika suksesi kekuasaan pemerintahan di daerah. Basa-basi itu menyita waktu sesaat.Lalu ia langsung masuk dalam pembicaraan pokok persoalan, ya… persoalan dinamika gerakan sosial politik yang selama ini kami lakukan.Akhirnya banyak persoalan ditingkat internal yang kami diskusikan, mulai dari soal konflik perseorangan hingga sikap terhadap prinsip dan nilai yang selama ini kami jadikan pedoman hidup dalam bermasyarakat dan bernegara.Ternyata dapat disadari bahwa selama ini tidak lagi ada ketaatan dalam melaksanakan pengorganisasian, struktur dan sistematika pergerakan, pendistribusian sumberdaya organisasi, bahkan hingga soal analisa keadaan.Strategi dan taktik tanpa disadari tidak lagi dijadikan sebagai rujukan dalam melaksanakan gerakan disektor teknis operasional.Betapa memprihatinkan, bagi kami ini merupakan suatu ‘kecelakaan’, ketika prinsip dan nilai yang merupakan idealisme perlahan mulai memudar berganti dengan kepentingan jangka pendek. Padahal strategi dan taktik merupakan kepentingan jangka panjang yang menuntun kita kearah cita-cita perjuangan. Kita selalu berharap agar taktik yang dilakukan jangan sampai melenyapkan strategi.Untuk kesekian kalinya pasang surut organisasi ini berlangsung, tapi setidaknya ini akan menjadi satu pelajaran berharga dalam menghadapi konsolidasi kedepan. Mengutip M. Hatta “ia tidak mempunyai tulang punggung yang mudah membungkuk. Ia hanya tunduk pada prinsip yang dimufakati bersama. Tetapi ia tidak bisa dan tidak biasa menundukkan diri kepada orang seorang”.