Akhirnya Bertemu Juga… (2)

Sambil berjalan kaki menuju penginapan, disela canda aku meminta agar aku diijinkan menggandeng tangannya, lalu ia mengijinkan aku untuk meraih tangan kirinya untuk kugenggam menggandeng sepanjang perjalanan di tengah sepi dan dinginya suasana dini hari yang akan menjadi catatan dalam kehidupan aku dan dia.

Sesampai di depan penginapan, ia meminta untuk berkeliling kota dengan sepeda motorku. Awalnya aku menolak permintaannya, bukan karena aku tak ingin mengajaknya berkeliling, namun hanya soal waktu yang tidak tepat bagi perempuan seperti dirinya -berjilbab- 'berkeliaran' di pagi buta yang akan mengesankan negatif.

Rupanya alasanku itu sedikit pun tak menggoyahkan keinginannya, ia dengan sedikit memaksa memohon untuk sebentar saja berkeliling kota. Aku terpaksa meluluskan keinginannya, aku tak ingin membuatnya kecewa. Lalu ia meminta baju wool-ku untuk dikenakan padanya, sebelum ia duduk dibelakang jok motorku.

Perlahan roda motorku bergerak mengawali aku dan dia menikmati dingin dan sepinya kota. Wanita yang selama ini selalu menemani aku diantara malam dan pagi kini ada dibelakangku, aku memintanya agar ia memelukku. Pelukannya membuatku merasa nyaman. Ditengah perjalanan aku mencium pipinya, aku merasa ia harus kumiliki, semoga. Entah kenapa, ia bisa membuatku seperti ini, merasa tenang, bahagia ketika ia benar-benar  ada disisiku saat ini. Sebelumnya, selama ini aku dan dia selalu bertemu dalam ruang dimana udara, teknologi menjadi perantara hubungan ini, dan dengan cara ini pun aku merasakan ada sesuatu yang berbeda manakala aku berinteraksi dengannya.

Selesai berkeliling, walau sangat singkat, kami berbincang didepan teras kamar tempat ia menginap. Obrolan dan candaan menjadi isi perbincangan kami saat itu. Dan... kugenggam jemari tangan kirinya sambil kuusap punggung tanggannya dan ku ucapkan agar ia menjadi istriku saja, sambil berbisik pula dan menganggukkan kepalanya ia mau menjadi istriku. Saat itu aku sangat menyayanginya, ingin rasanya ia kubawa pergi dan mengajaknya untuk selalu disampingku, menemani hidupku.

Tak terasa kulihat jam di HP-ku menunjukkan pukul 4 pagi. Aku harus pamit walau sebenarnya aku masih ingin bersamanya. Sebelum aku meninggalkan dirinya, ia menyalami tanganku dan punggung tanganku diciumnya (ia menyebutnya dengan istilah sujud ditanganku). Lalu ku cium keningngnya, kedua pipinya, dan bibirnya. Ciuman dibibir baginya merupakan ciuman pertama. Semoga ciuman itu hanya miliku dan akan selalu menjadi miliknya.

Aku hanya berharap jika ia memang ditakdirkan harus mendampingiku, aku berdoa agar perjalanan cinta ini diberi kemudahan. Kemudahan untuk mencapai kebahagiaan.. Amin..

1 comment: